Rabu, 27 Agustus 2014

Stadium Kanker Serviks

STADIUM KANKER SERVIKS


Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan penentuan stadium. Stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan sebaiknya pemeriksaan dilakukan di bawah pengaruh anesthesia umum. Stadium tidak dipengaruhi adanya penyebaran penyakit yang ditemui setelah tindakan bedah atau setelah diberikan tindakan terapi. Penentuan stadium ini harus mempunyai hubungan dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti-bukti klinis dan sederhana.

Penentuan stadium kanker serviks menurut Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) masih berdasarkan pada pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks serta sistoskopi dan rektoskopi. Penggunaan alat bantu diagnostik seperti CT-scan, MRI, ataupun PET tidak dijadikan standar karena sebagian khusus berada di Negara berkembang dengan fasilitas peralatan kesehatan yang masih minim. Sekali stadium ditetapkan tidak boleh berubah lagi walau apapun hasil akhir terapi yang diberikan.

Temuan dengan pemeriksaan CT-scan, MRI, atau PET tidak mengubah stadium, tetapi dapat digunakan sebagai informasi untuk rencana terapi yang akan dilakukan. Kecurigaan adanya anak sebar ke kelenjar getah bening pelvis atau para aorta (adenopati) jangan dilanjutkan dengan biopsi kelenjar karena terlalu bahaya.

Stadium Ia yang hanya dapat diketahui dari pemeriksaan mikroskopik, ke dalam invasi sel tumor ke stroma diukur dari membran basalis atau permukaan kelenjar dari mana tumor ini berasal. Adanya invasi sel tumor ke dalam pembuluh darah atau limfe tidak mempengaruhi stadium. 


Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000




Stadium 0          Karsinoma in situ, karsinoma intra epithelial


Stadium I           Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan).


Stadium Ia         Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superficial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm.


Stadium Ia1       Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.


Stadium Ia2       Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.


Stadium Ib          Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopik lebih dari Ia.


Stadium Ib1        Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm.


Stadium Ib2        Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm.


Stadium II           Telah melibatkan vagina ttapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.


Stadium IIa          Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium.


Stadium IIb          Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul.


Stadium III           Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal –dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan gijal dapat dibuktikan oleh sebab lain.


Stadium IIIa         Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul.


Stadium IIIb         Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.


Stadium IV           Perluasan ke luar organ reproduktif.


Stadium IVa          Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum.


Stadium IVb          Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar